99 Untuk Arsitek @ Facebook!

saya lihat, Facebook memang benar2 sangat aktif (dan reaktif) mungkin kita lebih cocok ngobrol disana kali ya..so....go ahead! add


"99untukarsitek@gmail.com" di Facebook..

Buku ini berisi tulisan yang bukan 'aturan' atau 'anjuran' baku, isinya bisa diartikan macam2 dan dari segala sudut pandang. Kita boleh, Setuju, Tidak Setuju, atau memiliki pandangan lainnya. Kita harap bahas bersama, dan memberikan pencerahan bersama. Tentu dengan prinsip saling menghargai pendapat, dan perbedaan.

Semakin kita aktif, semakin kita ditantang untuk belajar dan berpikir terbuka.

Go Ahead. Be Provoked.

2 comments:

adimunandar said...

Arsitek di Indonesia terasa mati bagi saya dan sepertinya kekeliruan terbesar yang pernah salah jalani. Karena setelah berkecimpung di bidang ini, arsitek hanya dianggap sebagai drafter ataupun pelengkap yang ngurusi gambar aja. Apabila ada arsitek yang jaya (banyak job proyek pribadi), itupun hanya didominasi oleh suku bangsa tertentu. Sori, ternyata unsur SARA masih mendominasi dalam marketing jasa arsitek. Coba kita tengok, hampir semua proyek di Indonesia selalu menggunakan jasa arsitek yang itu-itu saja. Misalkan pengusaha properti ciputra, walaupun dia lulusan ITB namun hampir semua proyeknya menggunakan jasa arsitek luar negeri. Apa hebatnya arsitek luar negeri. Padahal dalam setiap seminar Ciputra selalu mendengungkan jiwa wira usaha. Kita sebagai arsitek yang hanya bermodal jasa mana mungkin laku kalo tidak diberi kesempatan menangani proyek dalam negeri. Masyarakat awam masih enggan menggunakan jasa arsitek, mereka lebih suka menunjuk langsung ke tukang maupun mandor. Susahnya jadi seorang Arsitek....mending jadi pengusaha tanpa butuh pendidikan formal

99untukarsitek said...

ah baru baca sekarang....sorry yah.

Saya juga dulu punya perasaan yang sama, dan sebenarnya kita juga bisa mencoba melihatnya dari sisi lain. Kita mencoba untuk melihat bahwa "arsitek" adalah salah satu bagian (bisa kecil, bisa besar) dari kompleksitas dunia properti. Sungguh kompleks, sehingga melihat "benar atau salah"nya juga sulit untuk ditentukan, semuanya bertautan.

Saya coba kasih gambaran, kejadian di luar sana sebagai intermezzo saja, bahwa selalu ada cerita lain juga..

Zaha Hadid mungkin baru terbangun karyanya dalam umur diatas 40 tahun (dan banyak arsitek "dunia" seperti ini juga)

Zaha Hadid, dengan nama yang spektakuler, justru sulit mendapatkan proyek di negaranya sendiri (Inggris)

Bila developer disini suka pake arsitek luar, bukan berarti itu hanya satu arah saja. Saya secara pribadi sudah ada proyek di Australia, Dubai, Jeddah dan Abu Dhabi, juga pernah ada penjajakan dari Rusia, dan yang terbaru, justru tawaran proyek kelas "dunia" di Canberra (sedang dipertimbangkan...)

Bisa diliat kesannya saya nyombong, tapi ada baiknya diliat, bahwa, "mereka" pun, ingin memakai arsitek "luar negri"...salah satunya, ya si Raul ini.

Banyak arsitek indonesia yang mendapatkan proyek diluar negeri (bukan cuman kerja diluar negeri). Teman-teman saya senang dan bangga saya bisa mendapatkannya, dan saya harap "amrooms" juga bangga dengan apa yang telah kita capai. Nah, bayangkan kebanggan terhadap "saya" diprotes oleh arsitek lokal negara tersebut...

Tapi "rasa frustrasi" yang kamu hadapi, pernah dan akan terus saya hadapi juga. Tapi setiap saya ragu dengan "kondisi", saya gak nyerah gitu aja. Tulisan di buku saya yang berhubungan dengan "ketiban durian runtuh" bisa jadi referensi bagaimana kita bisa mendapatkan kesempatan itu...

semoga membantu...

Post a Comment